Kulit Bayi Sensitif, Rentan Iritasi? Bisa Jadi Ini Penyebabnya

Bayi baru lahir memiliki tubuh yang sangat rentan sehingga tidak heran bila masalah kesehatan sering menjadi momok, termasuk masalah iritasi kulit bayi. Kulit bayi yang sensitif sangat mudah terserang penyakit kulit seperti kemerahan, ruam dan juga kulit kering. Namun, Ayah dan Ibu tidak perlu panik, panduan di bawah ini dapat menjadi patokan mengenai masalah iritasi kulit pada bayi. Jadi, ketika si Kecil mengalami iritasi, Ayah dan Ibu akan jauh lebih siap dan tenang menghadapinya.

Penyebab utama iritasi kulit bayi

Pada dasarnya, bayi yang baru lahir cenderung memiliki kulit yang lebih sensitif dibandingkan dengan orang dewasa1, sehingga wajar apabila buah hati Ibu mengalami iritasi. Dengan kondisi ini menjadikan kulit bayi lebih mudah terpapar bakteri, kuman dan virus yang membuat kulitnya kemerahan. Hal ini merupakan penanda adanya lapisan pelindung alami kulit bayi yang rusak. Berikut penjelasan lainnya yang membuat bayi rentan mengalami iritasi kulit2:

  • Kulit bayi, terutama yang baru lahir, jauh lebih tipis dibandingkan dengan kulit orang dewasa. Karena kulitnya yang tipis inilah, berbagai faktor penyebab iritasi akan menjadi lebih mudah dalam mempengaruhi kondisi kesehatan kulit si Kecil.
  • Tingkat pH pada kulit bayi lebih tinggi daripada kulit orang dewasa, terutama bagi bayi yang berusia di bawah 6 bulan. Kondisi ini menyebabkan kulit bayi menjadi lebih mudah terkena masalah kulit.
  • Bayi yang baru lahir masih berusaha melakukan adaptasi dengan situasi di sekitarnya. Hal ini mengakibatkan kulit bayi rentan terhadap gesekan, khususnya permukaan yang kasar seperti popok bayi3. Gesekan seperti inilah yang sering menjadi salah satu penyebab dari timbulnya ruam popok.
  • Bayi kemungkinan memiliki alergi terhadap bulu hewan, mengalami kontak dengan serangga atau tungau.
  • Adanya riwayat alergi pada keluarga. Alergi kulit yang keluarga miliki terkadang menurun ke si Kecil. Pencetus alerginya pun beragam. Ada baiknya sebagai orangtua untuk terus memperhatikan dan mencatat hal-hal apa saja yang kerap menjadi pemicu iritasi kulitnya. Cek juga status alergi dari pihak Ayah dan Ibu. Persentase resiko alergi bayi menjadi lebih tinggi jika kedua orangtua memiliki riwayat alergi yang sama.
  • Memiliki alergi terhadap makanan tertentu. Misalnya seperti telur, ikan, dan kacang-kacangan.
  • Konsumsi susu formula. Iritasi bisa terjadi karena bayi memiliki alergi terhadap susu. Hal ini terjadi karena susu Formula biasanya terbuat dari susu sapi yang seringkali memicu alergi4.

Jenis Iritasi Kulit Bayi

Beberapa jenis Iritasi kulit bayi yang sering terjadi adalah1:

  • Ruam popok. Ruam popok terjadi karena popok yang jarang diganti, kulit bayi yang tercampur kotoran dan urin serta popok yang tertutup membuat perkembangan bakteri dan jamur menjadi subur . Biasanya iritasi kulit ruam popok terjadi di bagian sekitar pantat dan kelamin bayi.
  • Eczema (Eksim). Eksim atau dermatitis biasanya dipicu oleh alergi karena kontak terhadap alergen. Gejala dermatitis seperti kulit kering, bersisik, kemerahan, dan rasa gatal. Bagian tubuh yang sering muncul eksim antara lain pipi, siku, lengan, dan dada.
  • Kulit Kering. Ayah ibu bisa merasakan langsung jika kulit bayi terasa kering. Kulit yang kering juga bisa menyebabkan kulit bayi menjadi mengelupas.
  • Biang Keringat. Pernah melihat bintik merah pada paha, leher dan punggung. Bisa jadi ini gejala biang keringat. Biang keringat dipicu hawa panas dan sirkulasi udara di pakaian yang buruk. Walaupun tidak serius biang keringat tetap gatal dan dapat mengganggu kenyamanan si Kecil.
  • Jerawat pada bayi. Mirip seperti biang keringat, namun terletak di wajah bayi.
  • Biduran. Sama seperti eksim, biduran terjadi karena faktor alergen3, biasanya makanan atau gigitan serangga.
  • Cradle Crap (Kerak Kepala). Ditandai dengan kepala bayi yang bersisik dan berkerak putih atau kuning. Cradle Crap kemungkinan disebabkan oleh hormon dari ibu. Hormon-hormon ini melewati plasenta sebelum lahir. Hormon menyebabkan kelenjar minyak di kulit menjadi terlalu aktif yang kemudian melepaskan lebih banyak minyak dari biasanya5.
  • Impetigo. Impetigo biasanya disebabkan oleh bakteri, biasanya stafilokokus. Gejala utama impetigo adalah luka kemerahan, seringkali di sekitar hidung dan mulut bayi. Luka bisa pecah dan mengeluarkan cairan6.

Cegah iritasi kulit pada bayi

Kabar baiknya, berbagai iritasi pada kulit bayi yang sensitif masih bisa dicegah dengan berbagai cara. Ayah dan Ibu bisa mencoba beberapa tips berikut ini supaya kulit si Kecil lebih sehat:

1. Selektif dalam memilih produk bayi

Produk bayi ada banyak sekali jenisnya, mulai dari popok, tisu, perlengkapan mandi, hingga pakaian sehari-hari. Semua kebutuhan bagi bayi tersebut sebaiknya dipilih dengan seksama dan teliti. Agar tetap bisa selektif dalam memilih berbagai barang yang banyak jenisnya, mulailah dengan memertimbangkan bahan yang digunakan.

  • Jangan ragu untuk meminta rekomendasi langsung dari dokter atau ahli medis untuk merek produk tertentu yang sudah terbukti secara klinis baik untuk bayi.
  • Untuk perlengkapan mandi dan juga pembersih peralatan bayi, pastikan bebas dari kandungan alkohol, pewangi, pengawet atau bahan lain yang bisa mengancam kesehatan kulitnya7.
  • Ketika ingin membelikan pakaian bagi si Kecil, cermatlah dalam pemilihan material yang digunakan. Pastikan bahan yang dipilih merupakan jenis bahan yang ringan, lembut, serta menyerap keringat. Hindari bahan pakaian yang dapat memicu iritasi seperti wol3.
  • Saat mencuci baju, cobalah beralih ke detergen cair yang lebih lembut, tanpa parfum dan bahan-bahan yang keras agar tidak akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
  • Pertimbangan kandungan emolien dan juga mengandung pro vitamin B5 pada produk perawatan bayi karena kedua zat tersebut dapat membantu meningkatkan fungsi dari pertahanan kulit8.

2. Rutin membiasakan mandi yang baik dan sehat

Momen mandi menjadi momen penting bagi para orang tua untuk melakukan bonding dengan buah hati, namun jika tidak dilakukan dengan benar, mandi dapat menjadi pencetus iritasi kulit pada bayi, berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam memandikan bayi:

  • Hindari terlalu sering memandikan si Kecil karena tindakan ini mampu mengikis kelembaban alami kulitnya. Untuk menjaga kebersihan sehari-hari, Ayah dan Ibu cukup membersihkan bagian wajah, tangan serta pantat bayi dengan menggunakan handuk lembut yang sudah dibasahi dengan air hangat3.
  • Jika pada akhirnya memang harus dimandikan, pastikan bahwa Ayah dan Ibu menggunakan produk dengan pH di angka netral yang memang khusus diformulasikan untuk bayi. Jangan memakai sabun bayi yang berpotensi membuat kulit menjadi kering.
  • Jangan mandikan bayi terlalu lama, apalagi menggunakan air yang cenderung panas.
  • Bersihkan bagian yang biasa tertutup popok di langkah paling akhir.
  • Setelah selesai mandi, tepuk-tepuk tubuh bayi menggunakan handuk lembut, bukan menggosoknya. Gosokan yang dilakukan membuat kulit bagi mengalami gesekan keras sehingga membuat bayi tidak nyaman7.
  • Aplikasikan pelembab khusus kulit bayi setiap habis mandi3. Cara ini dapat membantu mengembalikan serta menjaga kelembaban kulit bayi sehingga jauh dari kekeringan dan iritasi.

3. Memakai popok dengan benar

Penggunaan popok terkadang menjadi pencetus utama iritasi kulit pada bayi. Kulit yang terlalu lama tertutup serta bercampur kotoran dan air seni mampu memicu ruam popok9. Tidak ada salahnya Ayah dan Ibu memperhatikan beberapa hal berikut saat si Kecil menggunakan popok:

  • Jangan sampai menunda untuk mengganti popok yang sudah penuh atau kotor. Membiarkan bayi memakai popok yang sudah terisi penuh dalam waktu yang lama akan menimbulkan iritasi atau ruam9.
  • Cek kembali apakah jenis popok yang digunakan dibuat dari bahan yang lembut dan memiliki ukuran yang sesuai atau tidak terlalu sempit ketika dipakai. Popok yang ukurannya kekecilan akan memicu iritasi lebih mudah, apalagi jika kulit bayi tidak cocok dengan bahan popok yang dipakainya.
  • Cuci popok si Kecil dengan deterjen khusus yang tidak menimbulkan alergi1.
  • Ketika membersihkan area popok, gunakan kain hangat dan sabun lembut tanpa bahan-bahan yang dapat menimbulkan masalah pada kulit7.
  • Gunakan salep pelindung (barrier ointment) sehabis mengganti popok bayi. Hal ini dimaksudkan untuk perlindungan gesekan antara kulit dengan popok yang dipakai sehingga terhindar dari ruam popok9. Selain itu, ingatlah untuk selalu mengeringkan bagian yang tertutup popok dengan cara diangin-anginkan. Hal ini bertujuan untuk menyempatkan kulit bayi agar bebas bernafas.

4. Memakai popok dengan benar

Dikarenakan kondisi kulit bayi yang sensitif, terkadang akan sangat rentan kehilangan kelembaban. Untuk mengontrol hal ini, pastikan Ayah dan Ibu selalu melakukan pengecekan terhadap kulit bayi agar selalu lembab. Setidaknya, ada beberapa cara untuk meningkatkan kelembaban kulit bayi, yaitu dengan:

  • Hindari bayi dari cuaca yang panas6.
  • Hanya gunakan sabun yang lembut dan cocok untuk kulit bayi3.
  • Mengaplikasikan lotion ke kulit si Kecil terutama sehabis mandi7.
  • Pastikan kecukupan jumlah cairan yang masuk melalui ASI6.

5. Perawatan lainnya

Beberapa perawatan lainnya yang dapat dilakukan yaitu:

  • Pastikan kuku si Kecil selalu terpotong rapi untuk menghindari keinginannya menggaruk bagian kulit yang kering6.
  • Berjemur di waktu pagi baik untuk bayi dalam meningkatkan kadar vitamin D. Namun perhatikan jam jemur yang baik. Karena terik matahari di siang hari, bisa membuat bayi berkeringat berkeringat yang memicu masalah kulit3.

Jika iritasi tidak reda dan semakin gatal, ada baiknya untuk mengkonsultasikannya ke dokter untuk mendapatkan pengobatan. Dokter biasanya memberikan antihistamin oral untuk mengurangi gejala. Antiseptik topikal juga kerap diberikan oleh dokter jika diperlukan [6]. Jika iritasi sudah berubah menjadi infeksi, antibiotik oral terkadang diperlukan.

Jika bayi berumur kurang dari setahun…

Orangtua harus lebih protektif dalam menjaga kesehatan kulitnya. Salah satu cara yang bisa Ayah dan Ibu lakukan adalah dengan rutin mengaplikasikan salep pelindung contohnya yang mengandung pro-vitamin B5, untuk menjaga kelembabannya dan melindungi bagian kulit yang tertutup (misalnya selangkangan, pantat dan kelamin) dari gesekan dengan popok agar kulit si Kecil dapat terhindar dari masalah seperti ruam popok6.

LMR-CH-20210920-18

 

Artikel ini ditinjau oleh:
Tim Konsultan Medis Medical Advisor Bayer Consumer Health Indonesia

Referensi:

  1. Dan Brennan. Yzour Newborn’s Skin and Rashes. WebMD.com. Diakses pada 3 September 2021 dari https://www.webmd.com/parenting/baby/baby-skin-rashes

  2. Community Practitioner. The Anatomy of Skin. Communitypractitioner.co.uk. Diakses pada 3 September 2021 dari https://www.communitypractitioner.co.uk/features/2010/10/anatomy-skin

  3. Jenna Fletcher. How To Know if Your Baby Has Sensitive Skin. Healthline.com. Diakses pada 3 September 2021 dari https://www.healthline.com/health/baby/signs-of-sensitive-baby-skin

  4. Jordan C Smallwood. All About Allergies. Kidshealth.org. Diakses pada 3 September 2021 dari https://kidshealth.org/en/parents/allergy.html

  5. Seattle Children Team.Cause of Cradle Cap. Seattlechildrens.org. Diakses pada 25 Juli 2021 dari https://www.seattlechildrens.org/conditions/a-z/cradle-cap/#:~:text=Cradle%20cap%20is%20probably%20caused,release%20more%20oil%20than%20normal

  6. Mayo Clinic Team. Impetigo: Symptoms and Causes. MayoClinic.org. Diakses pada 25 Juli 2021 dari https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/impetigo/symptoms-causes/syc-20352352

  7. Baby Maintenance: Baths, Nails, and Hair. WebMD.com. Diakses pada 3 September 2021 dari https://www.webmd.com/parenting/baby/baths-hair-and-nails

  8. ProkschE et al. Topical use of dexpanthenol: a 70th anniversary article. J DermatologTreat 2017;28:766–773

  9. Atherton DJ et al. Irritant diaper dermatitis: Best practice management. SelfCare 2015;6(S1):1 11.4. JMC Consulting