Jangan Khawatir, Kenali Penyakit Kulit Pada Bayi Baru Lahir dan Cara Mengatasinya
Kita semua tahu jika kulit bayi yang sensitif sangat rentan mengalami masalah kulit. Salah satu penyakit kulit pada bayi yang sering dialami adalah ruam kemerahan pada kulit bayi baru lahir. Masalahnya, penyebab ruam pada kulit bayi bisa beragam. Lantas, bagaimana cara membedakannya ya, Moms?
Penyebab Ruam Kemerahan pada Kulit Bayi Baru Lahir
Jangan terburu-buru menyimpulkan, karena bintik berair pada kulit bayi baru lahir bisa menjadi pertanda dari berbagai penyakit kulit pada bayi, Moms. Masalahnya, gejala ruam kemerahan masih merupakan tanda yang sangat umum ditemui. Nah, apa saja daftarnya? Simak penjelasannya di bawah.
- Ruam popok. Ruam popok adalah jenis peradangan kulit di area bokong, kelamin, paha bagian dalam dan pinggang, serta paling umum terjadi pada bayi yang popoknya selalu basah atau jarang diganti. Ciri-cirinya adalah adanya ruam kemerahan pada bagian bokong atau yang terpapar popok, disertai dengan bintik-bintik dan lepuhan kulit. Selain itu, bagian ruam terasa hangat, gatal, dan perih (1,2,3).
- Eksim. Gatal pada kulit bayi disertai bintik? Bisa jadi itu adalah eksim. Eksim atau dermatitis adalah peradangan atau iritasi di kulit yang umumnya ditandai dengan kulit gatal, kering, dan kemerahan. Penyakit kulit ini umumnya terjadi akibat reaksi alergi dan dapat berbentuk bintik berisi cairan yang menyebabkan kulit basah. Bintik-bintik cairan ini paling sering terjadi di area lipatan kulit, seperti di belakang lutut, di dalam siku, dan leher (4,5).
- Jerawat bayi. Jerawat merupakan jenis penyakit kulit pada bayi yang biasanya muncul 2-6 minggu setelah bayi dilahirkan. Jerawat yang muncul pada bayi ini biasanya memiliki tampilan yang mirip dengan jerawat pada remaja, seperti adanya benjolan kecil dengan area merah di sekitarnya. Jerawat pada bayi biasanya muncul di bagian pipi, dahi, leher, punggung, dan dada (6).
- Milia. Bintik berair pada kulit bayi baru lahir juga bisa menjadi tandai milia, yang muncul ketika protein (keratin) terperangkap di bawah permukaan kulit. Sekitar 40–50% bayi baru lahir mengalami kondisi ini, dan sering disalahartikan sebagai jerawat bayi. Ukuran bintik pada milia biasanya kurang dari 3 mm dan sering muncul di bagian wajah, hidung, kulit kepala, dada, atau lengan. Namun, milia termasuk normal dan tidak perlu dikhawatirkan (7).
- Biang keringat. Miliaria atau biang keringat ditandai dengan bintik-bintik kecil berwarna merah yang kadang berisi air di sekitar dahi, leher, bahu, dada, punggung, dan lipatan-lipatan kulit. Si Kecil juga bisa rewel terus menerus karena rasa gatal pada kulit bayi yang tak tertahankan. Penyebabnya adalah keringat yang seharusnya keluar melalui pori-pori terjebak di bawah kulit hingga membentuk lepuh-lepuh halus sebesar pangkal jarum pentul (8).
- Ruam karena infeksi jamur. Infeksi jamur dapat terjadi di seluruh bagian tubuh si Kecil. Salah satunya adalah kadas/kurap yang dapat terjadi pada kepala, tubuh, tangan, kaki dan area kemaluan. Kadas/kurap ditandai dengan ruam kemerahan berbentuk cincin yang gatal dan dapat disertai dengan kulit mengelupas pada ruam (9).
Pencegahan Penyakit Kulit pada Bayi
Itulah berbagai penyebab ruam kemerahan atau bintik berair pada kulit bayi baru lahir. Kira-kira, gejala mana yang paling mirip dengan yang dialami oleh Si Kecil? Sebagai orangtua, kita harus memperhatikan produk perawatan kulit untuk bayi yang baru lahir. Jangan sampai sembarangan menggunakan produk yang tidak ramah untuk kulit bayi. Yang terpenting, pilih produk yang tidak mengandung bahan berbahaya sehingga aman untuk kulit bayi yang masih sensitif.
Agar kulit Si Kecil tetap terawat, Moms harus selalu menjaga kebersihan kulitnya sembari menggunakan salep pelembab yang mengandung Dekspanthenol (Pro Vitamin B5). Vitamin B5 berperan penting dalam proses penyembuhan luka, mempertahankan kelembaban kulit, dan meningkatkan barrier atau perlindungan kulit. (10)
Jadi, tak ada salahnya agar Moms tetap berjaga-jaga dengan selalu siap sedia salep pelembab yang aman untuk bayi. Apalagi, Dekspanthenol dapat digunakan untuk berbagai pencegahan dan penanganan penyakit kulit pada bayi, seperti kasus ruam popok, dan perawatan untuk luka. (11) Kulit aman, bayi pun senang.
CH-20230512-37
Artikel ini ditulis oleh:
dr. Reza Dirgahayu Putri
Artikel ini ditinjau oleh:
dr. Riana Nirmala Wijaya - Medical Advisor Bayer Consumer Health
Referensi:
-
Pogacar MS, et al. Diagnosis and Management of Diaper Dermatitis in Infants with Emphasis on Skin Microbiota in the Diaper Area. International Journal Of Dermatology. 2017.
-
Irfanti RT, et al. Diaper Dermatitis. Continuing Medical Education. 2020.
-
NHS. Nappy Rash. 2023. https://www.nhs.uk/conditions/baby/caring-for-a-newborn/nappy-rash/. Published January 01, 2023.
-
American Academy of Dermatology Association. Eczema Resource Center. https://www.aad.org/public/diseases/eczema.
-
Cleveland Clinic. Weeping Eczema. Published October 29, 2021.
-
American Academy of Dermatology Association. Is That Acne On My Baby’s Face?. https://www.aad.org/public/diseases/acne/really-acne/baby-acne.
-
Berk D, et al. Milia : A Review and Classification. J Am Acad Dermatol. 2008.
-
Sekartini R. Miliaria, Mengenal dan Mencegahnya. IDAI. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/miliaria-mengenal-dan-mencegahnya. Published February 09, 2014.
-
Garber G. An Overview of Fungal Infections. Drugs. 2001.
-
Proksch E, de Bony R, Trapp S, Boudon S. Topical Use of Dexpanthenol. 2017; 28(8).
-
Drugbank. Dexpanthenol: Uses, Interactions, Mechanism of Action | DrugBank Online [Internet]. Available from: https://go.drugbank.com/drugs/DB09357.