Natal Teeth: Bayi Baru Lahir Tumbuh Gigi
Bayi baru lahir tumbuh gigi (natal teeth) merupakan kasus yang jarang terjadi. Biasanya, gigi ini sering tidak berkembang sepenuhnya dan kemungkinan memiliki akar yang lemah. Sedangkan gigi yang tumbuh pada 30 hari pertama disebut dengan istilah neonatal teeth (1). Jika bayi Ibu terlahir dengan gigi, jangan khawatir, ketahui jenis-jenis natal teeth dan tindakan apa saja yang harus dilakukan di bawah ini.
Penyebab Utama
Penyebab utama dari terjadinya natal teeth pada bayi baru lahir masih belum diketahui secara pasti (1,2,3). Para peneliti telah berteori bahwa mereka mungkin akibat dari genetika, demam, infeksi atau kekurangan gizi, tetapi sejauh ini tidak ada penelitian yang dapat mengkonfirmasi penyebabnya (2). Namun, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko bayi terlahir dengan gigi, seperti:
- Faktor genetik. Data menunjukkan bahwa 15% bayi yang lahir dengan gigi juga memiliki saudara kandung ataupun orang tua dengan riwayat yang sama ketika mereka lahir (3).
- Sakit atau malnutrisi selama masa kehamilan. Kesehatan ibu hamil yang memburuk merupakan beberapa faktor yang diduga terjadinya neonatal dan natal teeth (1). Selain itu, kurangnya asupan gizi dan vitamin yang menyebabkan malnutrisi pada ibu hamil juga dapat berperan dalam tumbuhnya gigi pada bayi baru lahir (3).
- Jenis kelamin perempuan. Meskipun penelitian terkait jenis kelamin dan tumbuhnya gigi pada bayi baru lahir, namun beberapa fakta menunjukkan kasus ini lebih banyak menimpa bayi perempuan daripada laki-laki (2).
- Bibir sumbing. Beberapa bayi yang terlahir dengan bibir sumbing juga memiliki natal teeth. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekitar 30% dari bayi dengan celah pada bagian bibir dan mulut memiliki neonatal ataupun natal teeth (2).
- Sindrom bawaan. Ada beberapa sindrom yang mempengaruhi tumbuhnya gigi pada bayi baru lahir, yaitu Sindrom Sotos (kelainan genetik yang membuat pertumbuhan anak lebih cepat), Sindrom Pierre Robin (kelainan rahang bawah), Sindrom Ellis-van Creveld (displasia kondroektodermal), Sindrom Hallermann-Streiff (kondisi genetik yang membuat wajah tidak proporsional, dan Sindrom Jadassohn-Lewandowsky (3).
Jenis Natal Teeth
Bayi baru lahir yang tumbuh gigi biasanya memiliki bentuk yang bervariasi mulai dari ukuran gigi yang kecil, berbentuk kerucut dan bisa juga menyerupai gigi pada umumnya (1). Meski demikian, jenis gigi yang dimiliki bayi baru lahir dapat tumbuh dalam kondisi yang berbeda-beda. Setidaknya ada empat jenis bayi baru lahir tumbuh gigi yang dapat membantu dokter untuk menentukan kasus yang dialami bayi Anda (3):
- Gigi sudah terbentuk namun mudah goyang karena tidak memiliki akar sama sekali
- Gigi yang utuh namun masih lemah walaupun sudah terdapat sedikit akar
- Gigi tumbuh namun belum menembus gusi
- Gigi kecil yang belum menembus gusi, ditandai dengan gusi menebal
Yang Perlu Diperhatikan Jika Bayi Baru Lahir Tumbuh Gigi
Sebagai catatan, bayi baru lahir tumbuh gigi pada umumnya hanya memiliki satu gigi, dan kasus bayi yang terlahir dengan banyak gigi lebih jarang ada. Gigi yang muncul biasanya adalah gigi depan bawah, diikuti oleh gigi depan atas (3). Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bahkan jika perlu, dikonsultasikan ke dokter jika pertumbuhan gigi pada bayi baru lahir menimbulkan beberapa masalah, seperti:
- Puting Ibu terluka saat menyusui. Bayi baru lahir tumbuh gigi dapat membuat Ibu tidak nyaman saat menyusui. Bahkan, ada risiko natal teeth juga dapat mencederai payudara ibu (1).
- Risiko Aspirasi. Gigi yang mudah goyang bisa saja copot secara tiba-tiba dan oleh karena itu dapat menimbulkan bayi akan menelan gigi tersebut (3).
- Sariawan dan kurang cairan. Beberapa bayi terlahir dengan gigi yang tajam dan berbentuk seperti kerucut, dan ketika ia menyusui, gerakan lidah yang terkena gigi dapat menyebabkan luka di bagian bawah lidah. Jika dibiarkan, si Kecil akan merasa tidak nyaman dan mungkin proses penyusuan akan terhambat, membuatnya menjadi kekurangan asupan (3).
- Menganggu pertumbuhan gigi. Tumbuhnya gigi sebelum waktunya dapat menyebabkan gigi permanennya kelak mengalami gangguan pertumbuhan dan bahkan sama sekali tidak bisa tumbuh (3).
Kapan Gigi Bayi Baru Lahir Harus Dicabut? (3)
Apakah natal teeth harus segera dicabut? Jawabannya adalah tergantung dengan jenis natal teeth si Kecil. Ketika giginya termasuk ke dalam jenis supernumerary (gigi kecil yang mudah goyang karena akarnya lembah), umumnya harus dicabut. Dokter gigi anak Anda akan memberikan diagnosis dan membantu menentukan jadwal yang tepat untuk pencabutan gigi.
Sebaliknya, ketika gigi natal merupakan bagian dari gigi sulung normal (yaitu, adalah salah satu dari dua puluh gigi sulung anak), pilihan yang terbaik adalah membiarkan gigi tersebut tumbuh jika memang kondisinya memungkinkan, karena gigi sulung kelak akan membantu anak mengunyah makanan dan berbicara dengan jelas, dan membantu gigi permanen tumbuh dengan benar.
Selain itu, gigi sulung yang hilang tidak dapat diganti dengan implan gigi, karena implan dapat mencegah gigi permanen tumbuh dengan normal. Hal ini berarti bahwa saat gigi bayi yang merupakan bagian dari gigi normal dicabut, anak tersebut harus hidup tanpa gigi tersebut sampai gigi permanen penggantinya datang (biasanya pada usia 6-12 tahun, tergantung pada lokasi giginya).
CH-20220131-15
Artikel ini ditinjau oleh:
Tim Konsultan Medis Medical Advisor Bayer Consumer Health Indonesia
Referensi:
-
Shubhangi Mhaske, dkk. Natal and Neonatal Teeth: An Overview of the Literature. International Scholarly Research Notices. Diakses pada 20 Desember 2021 dari https://www.hindawi.com/journals/isrn/2013/956269/
-
Kristeen Cherney. Why Some Babies Are Born with Babies. Healthline. Diakses pada 20 Desember 2021 dari https://www.healthline.com/health/parenting/baby-born-with-teeth
-
Jin Lin. Can Babies be Born with Teeth? Hurst Pediatric Dentistry. Diakses pada 20 Desember 2021 dari https://hurstpediatricdentistry.com/2021/03/04/can-babies-be-born-with-teeth/
-
Dubecq J.P., Detchart M. Study on a dexpanthenol containing ointment in prevention and treatment of cracked nipples. Med Praticienne 1977; 665: 154-155.